welcome

I made this widget at MyFlashFetish.com.

TDW Club

www.kutukutubuku.com

Kamis, 18 November 2010

Mereka yang Melangkah ke Depan


Seseorang pernah berkata dengan sebuah ironi yang amat dahsyat, “Kesadaran adalah siksaan yang paling kejam.” Moral dan nurani seorang manusia adalah alat yang paling efektif untuk menggerakkan tubuhnya hingga melebihi batas kemampuan. Meskipun tubuh sudah koyak tercabik-cabik dan napas pun sudah sampai pada garisfinish, namun kesadaran membuat manusia tidak mau – bahkan tidak bisa – menghentikan langkahnya. Bahkan ketika telah jelas bahwa semua yang dilakukannya hanya akan menjadi pemanis dalam lembaran sejarah, ia tetap tidak dapat menghentikannya.

Selama tiga abad lebih Indonesia dijajah oleh bangsa lain, entah sudah berapa juta manusia didera oleh siksaan semacam ini. Mereka tahu bahwa mereka tidak akan mampu mengubah nasib bangsa, namun mereka tidak bisa berhenti berjuang. Mereka juga tahu bahwa mereka tidak akan sempat mengecap manisnya kemerdekaan, tapi toh mereka tidak bisa mundur. Ada sesuatu yang menghentikan kaki mereka ketika hendak lari menyelamatkan diri. Kesadaran yang konyol itu berontak dari kedalaman benak mereka, memaksanya untuk lari menerjang musuh dengan senjata sekedar golok dan bambu runcing. Belum sempat menyentuh seujung rambut musuh, nyawa sudah habis ditebas belasan timah panas. Mereka sebenarnya bisa lari dari peluru-peluru itu, tapi mereka tidak bisa lari dari hati nuraninya sendiri.

Akal sehat siapakah yang bisa membenarkan para pemuda gagah berotak brilian di Palestina yang lari menyongsong syahid, hanya beberapa bulan setelah hari pernikahannya? Logika macam apakah yang bisa menjustifikasi keberanian mereka yang membungkus dirinya dengan bahan peledak, kemudian maju dan meledakkan dirinya bersama musuh-musuh Allah yang jahanam itu? Mereka adalah pemuda-pemuda tampan, masa depan terbentang luas di hadapannya. Kalau mereka diam di rumah dan menjalani hidupnya baik-baik, mereka akan beranak-cucu, memiliki rumah yang nyaman, kendaraan yang memadai, pekerjaan yang baik, dan akhirnya menemui ajal di hari tuanya yang sangat tenang kelak. Mereka pun menginginkan masa depan seperti itu, namun sesuatu di dalam benaknya menyuruhnya maju dan mengambil tanggung jawab itu. Kesadaran tersebut tidak mau dibantah, dan tidak pernah bisa dibantah. Ia akan selalu menemukan jalannya.

Akan selalu saja ada orang-orang yang bertindak di luar ‘akal sehat’ semacam itu. Ada saja manusia yang menjadikan dirinya sebagai tameng bagi orang lain, seolah-olah nyawanya begitu murah untuk digadaikan. Orang-orang semacam ini bahkan tidak kenal siapa yang dilindunginya, akan tetapi kesadaran di dalam benaknya tidak bisa dibantah oleh alasan apa pun.

Ketika barisan umat bertanya-tanya mengenai apa yang harus dilakukan selanjutnya, akan selalu saja ada seseorang yang maju dan menawarkan dirinya. Mereka tidak selalu berhasil, dan perjuangannya tidak pernah mulus, akan tetapi orang-orang semacam ini memang selalu ada.

Mereka adalah manusia sepenuhnya, mampu merasakan ketakutan dan kesakitan dengan sempurna. Mereka sangat mengerti arti kenikmatan dunia dan memahami pula makna kehilangan yang bisa amat dalam menghujam ke dalam dada manusia. Mereka tahu rasanya (atau setidaknya bisa membayangkan) ditikam pisau belati, dan mereka tahu apa yang akan terjadi jika peluru-peluru musuh menembus tubuhnya. Akan tetapi, ketika keadaan memaksanya untuk melangkah maju, tidak ada yang bisa mencegahnya.

Hasan al-Banna telah tewas tertembak. Tidak hanya itu, para penjahat bahkan melarang siapa pun untuk menolongnya. Musuh-musuh Islam menyaksikannya mati perlahan dan kemudian bersorak sorai di jalan-jalan merayakan kematiannya. Ikhwanul Muslimin, satu-satunya organisasi Islam yang benar-benar sempat membuat para Zionis berkeringat dingin, dinyatakan sebagai organisasi terlarang. Para anggotanya dilacak, ditangkapi dan dijebloskan ke dalam penjara-penjara bawah tanah yang tidak kenal rasa kemanusiaan. Siksaan demi siksaan datang menimpa, tidak terkecuali pada para tahanan akhwat.

Selesaikah sudah? Tentu saja tidak. Akan ada saja di antara umat Islam yang melangkah maju untuk mengambil tanggung jawab tersebut.

Hasan al-Hudhaibi maju ke depan barisan, menantang semua bahaya. Umar Tilmisani pun menyambut gilirannya dengan gagah. Sayyid Quthb menemukan syahid di tiang gantungan. Apakah perjuangan selesai dengan penuhnya barisan orang-orang yang syahid? Tentu saja tidak. Semuanya berulang kembali. Nama-nama baru bermunculan, menggantikan mereka yang telah tuntas melaksanakan tugas di jalan Allah ini.

Selesaikah perjuangan rakyat Aceh setelah Teuku Umar tewas dan Cut Nyak Dhien dibuang ke pulau yang jauh? Selesaikah perjuangan rakyat Minang setelah Imam Bonjol berhasil disingkirkan? Habiskah perjuangan rakyat Maluku ketika Pattimura (Ahmad Lussy) digantung? Tentu saja tidak.

Jaman berganti, tokoh pun bertukar. Mereka yang telah syahid mengharumkan perjuangan mulia yang diwariskannya pada generasi sesudahnya. Kematian seorang Cut Nyak Dhien mengkristal dalam dada setiap srikandi Aceh, hingga tiba waktu munculnya perempuan-perempuan lain yang sekokoh beliau. Darah seorang syuhada menyirami bumi dan menumbuhkan seribu tunas baru yang akan menghiasi dunia dengan kepahlawanannya. Demikianlah kepahlawanan terus diwariskan kepada mereka yang tidak lupa pada masa lalu.

Apakah umat Islam akan habis kiprahnya ketika George W. Bush dengan ringannya membantai rakyat Afghanistan dan Irak? Apakah umat Islam sudah habis ketika bangsa-bangsa Arab diam saja menyaksikan kezaliman yang sedemikian rupa yang dilakukan oleh bangsa kafir kepada saudara-saudaranya? Inikah pertanda awal dari akhir hayat umat Islam?

Secepat peluru-peluru Amerika Serikat membantai warga Irak, secepat itu pulalah Islam menyebar di negerinya sendiri. Mereka menebar fitnah dengan kencang, namun kebenaran akhirnya tersebar lebih kencang daripada Badai Katrina. Tony Blair dan antek-anteknya berteriak sekencang-kencangnya untuk memfitnah Yusuf Qardhawi sebagai teroris, akan tetapi gubernur London sendiri (Ken Livingstone) yang kemudian pasang badan untuk menyatakan kebenaran, meskipun ia bukan seorang Muslim. Sedemikian gencarnya warga Inggris menyatakan kebenciannya pada Islam, namun gelombang mualaf di negeri itu malah lebih gencar lagi. Begitu cepatnya keadaan berbalik sehingga jumlah umat Kristen di Inggris yang pergi ke gereja sekali seminggu kalah banyak dengan umat Islam yang pergi ke Masjid pada hari Jum’at.

Dalam keadaan yang sangat genting sekalipun, akan ada saja orang-orang yang melangkah maju dan mengajukan dirinya untuk memikul tanggung jawab. Akan selalu ada manusia-manusia pilihan Allah yang menjadikan dirinya perisai bagi umat Islam. Selalu ada saja orang-orang yang merelakan kesenangan pribadinya demi keselamatan saudara-saudara seimannya. Bagi mereka, harumnya surga sudah bukan rahasia lagi. Keindahan syahid telah membutakan mata mereka dari hal-hal lain.

Janji-janji Allah hanya menunggu waktunya untuk dibuktikan. Pertanyaannya sekarang : Siapakah yang mau maju dan menjemputnya? Andakah orang yang melangkah ke depan barisan dan menjemput tanggung jawab itu? Ataukah Anda termasuk orang-orang yang menunggu di barisan paling belakang, berdiri mematung tanpa tahu apa yang harus ditunggu? Dengan atau tanpa Anda, perjuangan ini akan terus berjalan. Akan selalu ada saja manusia-manusia pilihan yang melangkah maju. Dengan atau tanpa Anda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Masukkan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Masukan Nama Penyanyi - Judul Lagu

Mesin Cari Free Download Mp3 Gratis

Label