Suatu hari, seorang nenek centil datang ke Bank International Indonesia dengan sebuah tas yang penuh berisi uang. Nenek centil itu memaksa untuk bertemu dengan Presiden Direktur untuk membuka rekening, karena katanya dia memiliki uang yang banyak sekali.
Setelah bicara panjang lebar, akhirnya customer service mengajak nenek itu ke ruangan presiden direktur. Presiden Direktur bertanya berapa jumlah uang yang ingin dia setor. Dia menjawab, sebanyak Rp 1.000.000.000,- (semilyar) sambil meletakkan uangnya diatas meja presiden direktur.
Penasaran, presiden direktur bertanya bagaimana dia bisa sukses mendapatkan uang sebanyak itu.Nenek centil tadi menjawab, kalau dia memenangkan uang hasil taruhan.
Presiden direktur sangat terkejut dan bertanya, “Taruhan macam apa?”
Nenek centil tadi menjawab: ‘’Sebagai contoh, Saya berani taruhan sebesar 100 juta kalau biji pelir anda bentuknya kotak.’’
Presiden direktur tadi tertawa dan yakin kalau taruhan macam ini tidak mungkin menang. Kemudian nenek centil tadi menjawab, ‘’Maukah anda jadikan ini menjadi taruhan?’’.
Dengan pasti presiden direktur menantang,‘Saya kasih anda 100 juta rupiah, kalau biji pelir saya bentuknya kotak’’.
Nenek centil kemudian berkata, ‘’Saya setuju, tapi karena taruhan ini sangat penting, jika anda tidak keberatan saya akan kembali besok dengan pengacara saya sebagai saksi.
“Oh nggak masalah’’ kata presiden direktur dengan penuh percaya diri.
Malamnya, presiden direktur menjadi sangat grogi dengan taruhan itu dan berjam-jam memandang ke kaca, putar ke sana putar kesini untuk memastikan kalau biji pelirnya tidak terlihat kotak dan bentuknya bulat,sehingga ia bisa memenangkan taruhan besok.
Keesok harinya, jam 10 pagi tepat, sang nenek centil tiba dengan kuasa hukumnya di kantor pusat untuk memainkan taruhan senilai 100 juta rupiah, guna menyatakan bahwa biji pelir presiden direktur bentuknya kotak.
Presiden direktur mengkonfirmasikan bahwa taruhan ini disetujui dengan komitmen yang dilakukan sehari sebelumnya. Sang nenek kemudian meminta presiden direktur untuk melepas celana panjang dan sisanya, sehingga ia dan pengacaranya dapat melihat apa yang dilakukan presiden direktur itu dengan senang hati. Nenek centil tadi mendekati presiden direktur yang macho dan meminta ijin apakah boleh menyentuh biji pelirnya atau tidak.
“Tentu saja silakan!’’ kata presiden direktur, karena ini menyangkut uang banyak, jadi nenek perlu merasa yakin 100%. Dan nenek centil tadi mulai menyentuhnya dengan penuh senyuman.
Presiden direktur melihat pengacara nenek itu membentur-benturkan kepalanya ke dinding. Lalu bertanya kepada si nenek centil, kenapa pengacaranya melakukan itu. Si nenek centil menjawab, ‘’Ini mungkin karena saya menang taruhan 300 juta dengan dia, bahwa sekitar jam 10 pagi ini saya bisa memegang biji pelir presiden direktur dengan tangan saya!.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar